Mengenal Gotong Toapekong, Tradisi Budaya Tionghoa di Kota Tangerang

Mengenal Gotong Toapekong, Tradisi Budaya Tionghoa di Kota Tangerang

KOTA TANGERANG (VivaBanten.com) – Indonesia memiliki warisan budaya yang sangat beragam, termasuk tradisi masyarakat Tionghoa yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga saat ini adalah Gotong Toapekong. Istilah “Toapekong” sendiri mengacu pada patung dewa atau leluhur yang dihormati oleh komunitas Tionghoa.

Dalam ritual ini, patung Toapekong diarak mengelilingi kota sebagai bentuk penghormatan dan doa demi kemakmuran serta perlindungan bagi masyarakat. Di Kota Tangerang, tradisi Gotong Toapekong menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Tionghoa Banten. Ritual ini diselenggarakan setiap 12 tahun sekali dan telah berlangsung lebih dari satu abad.

Bacaan Lainnya

Sejarah Gotong Toapekong tak lepas dari Kelenteng Boen Tek Bio, salah satu tempat ibadah tertua di kawasan tersebut. Tradisi ini berakar pada kedatangan komunitas Tionghoa di Indonesia, khususnya di daerah pesisir seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Awal mula Gotong Toapekong dapat ditelusuri hingga tahun 1844, saat Kelenteng Boen Tek Bio menjalani renovasi pertamanya. Demi menjaga keutuhan patung dewa-dewa utama selama proses renovasi, patung-patung tersebut sementara dipindahkan ke Kelenteng Boen San Bio di Pasar Baru. Prosesi pemindahan ini kemudian menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun, dengan rute perjalanan dari Boen Tek Bio ke Boen San Bio dan kembali lagi.

Dalam pelaksanaannya, terdapat empat patung dewa yang diarak, yakni Dewi Kwan In Hud Couw, yang dikenal sebagai simbol kasih sayang dan perlindungan; Kwan Tek Kun, Dewa Perang yang mewakili keberanian serta keadilan; Dewa Kha Lam Ya, yang dipercaya sebagai penjaga pintu; serta Hok Tek Ceng Sin, Dewa Bumi yang melambangkan kemakmuran.

Diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda

Popularitas Gotong Toapekong semakin meningkat setelah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) resmi menetapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) pada Agustus 2024.

Pemerintah Kota Tangerang menilai tradisi ini sebagai salah satu kekayaan budaya khas daerah yang mendapat apresiasi luas. Sejak pertama kali dilakukan sekitar tahun 1856, Gotong Toapekong berkembang menjadi atraksi budaya yang menarik perhatian, baik bagi masyarakat setempat maupun wisatawan dari berbagai daerah.

Lebih dari sekadar ritual keagamaan, tradisi ini menjadi simbol harmoni, toleransi, dan kebersamaan di tengah keberagaman masyarakat Kota Tangerang.(man/joe)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *