JAKARTA (VivaBanten.com) – Kolektif Berbagi Kasih, komunitas sosial nirlaba yang berfokus pada pemberdayaan anak di wilayah Jabodetabek, kembali melanjutkan upayanya menghadirkan ruang aman melalui kegiatan sosial berbasis seni dan edukasi.
Perjalanan komunitas ini dimulai pada 2022 melalui Berbagi Kasih Vol. 1 di Yayasan Sosial Panti Asuhan Miftahul Huda, Malang. Kegiatan berbagi dan bermain bersama anak menjadi titik awal pembentukan gerakan yang berlandaskan kepedulian dan aksi nyata.
Dua tahun berselang, gerakan itu berkembang dalam Vol. 2 dengan pendekatan seni sebagai medium pemberdayaan. Melalui proyek Kelas Ceria, Berbagi Kasih menghadirkan kelas rutin seni peran, seni retorika, dan seni kolase yang bekerja sama dengan Yayasan Sahabat Anak Jakarta. Program berlangsung selama dua bulan bagi anak-anak binaan Sahabat Anak Cijantung (SACI) dan ditutup dengan Panggung Ceria di RPTRA Dahlia, Jakarta Timur, pada 22 Juni 2024. Pada kesempatan itu, anak-anak menampilkan karya seni yang mereka kembangkan sepanjang proses pendampingan.
Sejumlah pegiat seni berperan sebagai pemateri, di antaranya Anung Asasongko dan Abdul Fariz (Kolase Merambat Jakarta), Elly Suryani (dosen Ilmu Komunikasi dan voice over talent), serta Johanes “Pakde Jo” (penggiat seni peran dan audiovisual Padepokan Ciliwung Condet). Kolaborasi tersebut menunjukkan bahwa seni dapat menjadi jembatan empati yang membantu anak merasa didengar dan dihargai.
Memasuki Vol. 3, semangat pemberdayaan diperluas melalui pendekatan kolaboratif yang menyoroti isu advokasi sosial. Mengusung tema “Speak Out, Stand Strong”, proyek ini mengangkat isu kekerasan seksual terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) serta urgensi penerapan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).
Rangkaian kegiatan Vol. 3 mencakup kampanye daring untuk meningkatkan kesadaran publik, open commission zine, sesi berbagi bersama pegiat seni dan komunitas, serta sosialisasi mengenai penerapan UU TPKS bagi ABK yang akan dilaksanakan di SLBN 10 Jakarta, Selasa, 9 Desember 2025. Program ini digerakkan relawan Berbagi Kasih dan melibatkan komunitas sekolah luar biasa sebagai mitra pelaksana.
“Kami percaya advokasi sosial dapat dilakukan melalui cara yang kreatif. Dengan seni dan kolaborasi, kami ingin anak terutama ABK merasa dilindungi, didengar, dan dihargai,” ujar Ridha Fadana Mulia, inisiator Kolektif Berbagi Kasih.
Melalui Vol. 3, Berbagi Kasih berharap kesadaran publik terhadap tanda dan risiko kekerasan seksual pada anak semakin meningkat. Perjalanan dari Malang hingga Jakarta menjadi bukti bahwa empati dapat tumbuh dan menular, ketika dimulai dari keberanian untuk peduli.(rls/joe)
